Unsur Intrinsik Novel Rumah Tanpa Jendela
- · Tema : Mimpi sederhana seorang anak kecil.
1. Pengenalan / Eksposisi
Rara bocah berusia 8 tahun yang tinggal di perumahan kumuh. Rara hidup
sederhana dengan kedua orang tuanya yang sangat sayang kepadanya. Dan ia
juga memiliki teman sabaya yang selalu menemaninya yaitu Rafi, Akabar,
Yati dll. Tetapi ia berbeda dengan yang lainnya karena ia memiliki mimpi
yang berbeda tidak seperti kebanyakan anak kecil, ia hanya ingin
memiliki mimpi sederhana yaitu ingin memiiki jendela di rumahnya. Tetapi
Ayah nya tidak sanggup untuk membelikannya karena pendapatnya yang
hanya pas-pas an dan menilai jendela itu tidak lah penting. Ia juga
memiliki ibu yang selalu perhatian kepadanya dan mengajak Rara untuk
memasuki mimpinya dengan jalan yang lain dan mengajak Rara untuk selalu
berdoa dan bersyukur kepada Allah S.W.T.
2. Konflik
Tidak lama kemudian, Rara harus kehilangan Ibunya karena pendarahan
ketika ingin melahirkan bayi kecil yang ada di perut Ibunya. Rara juga
harus ditinggalkan oleh Bude Asih karena melakukan pekerjaan yang tidak
halal. Padahal Bude Asih sering memberikan sedikit uang jajan tambahan
untuk Rara, walaupun bapaknya sudah melarang Rara untuk menerima uang
tersebut. Dan suatu hari saat Rara yang sedang bekerja sebagai ojek
payung untuk menambah penghasilannya, ia terserempet oleh mobil. Dan
pada saat itu Rara sedang memayungi seorang anak laki-laki yang bernama
Aldo. Aldo adalah anak kecil yang memiliki cacat mental. Karena kejadian
tersebut, keluarga Aldo bertanggung jawab atas kejadian itu semua. Rara
dirawat di rumah sakit dan karena kejadian tersebut juga Rara dan
teman-temannya sering di ajak bermain ke rumahnya. Karena Aldo adalah
keluarga yang sangat berkecukupan. Rumah Aldo yang sangat besar da
megah membuat tempat itu adalah tempat rekreasi bagi Rara dan
teman-temannya. Aldo, Mas Adam (kakanya Aldo) dan neneknya sangat senang
ketika anak-anak dari perumahan kumuh itu datang, karena mereka semua
dapat menemani Aldo yang selalu sendiri dan tidak memiliki teman
tersebut. Namun Mama Aldo yang pada saat itu sangat sibuk dengan
pekerjaannya dan kurang memperhatikan Aldo merasa terganggu atas
kehadiran mereka. Ia merasa anak-anak itu dapat memberikan dampak buruk
bagi Aldo. Apalagi ketika acara ulang tahun Andini (kakaknya Aldo)
dirayakan Andini merasa mereka semua menghancurkan pesta tersebut dan
membuat Ratna (Mama Aldo) semakin marah. Di lain waktu dan tempat, Bu
Aulia, guru yang mengajarkan Rara dan teman-temannya di sekolah
perumahan kumuh bingung akan pasangan hidupnya. Karena kedua orang
tuanya sangat mendesak Aulia untuk cepat menikah dengan orang pilihan
kedua orangtuanya. Namun Aulia tidak menyukai orang tersebut, dan Aulia
memiliki pilihan yang lain.
3. Klimaks
Dan pada saat pesta Andini diadakan, Rara dan teman-temannya hadir dalam
pesta tersebut. Namun pada saat pesta diaadakan Rara dan teman-temannya
harus mendengar kabar bahwa rumah mereka telah habis terbakar. Dan pada
saat mereka kembali ke rumah mereka, tepat pada saat itu juga Rara
harus kehilangan Ayahnya dan juga menerima kenyataan bahwa si Mbok belum
sadar dan harus dirawat di rumah sakit. Pada waktu yang berdekatan Aldo
ternyata kabur dari rumahnya, karena Aldo mendengar mamanya menyalahi
teman-temannya telah mencuri cincin berlian dan menuduh Aldo lah yang
mengakibatkan itu semua. Dan Andini yang memarahi Aldo ketika Aldo
memasuki kamar Andini padahal pada saat itu Aldo berniat untuk meminta
maaf atas kejadian semalam. Tidak hanya Aldo yang kabur melainkan Aldo
juga mengajak Rara untuk pergi.
4. Antiklimaks
Akhirnya penghuni rumah itu sadar Aldo telah kabur dari rumah itu. Mama
Aldo dan Andini merasa sangat bersalah akan kabur nya Aldo. Mereka pun
bedoa agar cepat ditemukannya Aldo. Mas Adam lah yang berusaha mencari
Aldo, tetapi karena Bu Aulia mengetahui hal tersebut Bu Aulia pun
membantu Adam untuk mencarinya.
5. Penyelesaian / Resolusi
Dan Rara tidak ingin larut dalam kesedihannya itu. Ia lebih sering
membaca Al-Qur’an agar hatinya bisa lebih tenang dan selalu melantunkan
do’a demi kehidupannya dan juga orang-orang terdekat dalam hidupnya.
Aldo dan Rara yang kabur akhirnya ditemukan oleh Mas Adam dan juga Bu
Aulia. Keduanya semakin dekat karena kejadian tersebut dan Bu Auia lebih
memilih Adam untuk mendamping hidupnya. Ratna dan Andini akhirnya dapat
terbuka hatinya, mereka merasa sangat kehilangan ketika Aldo pergi.
Setelah kejadian itu Ratna pun lebih banyak melakukan pekerjaan di
rumahnya saja agar dapat mengontrol Aldo dengan baik. Perumahan kumuh
yang habis terbakar juga telah di bangun kembali. Bude Asih juga kembli
dengan dandanan yang tidak menor lagi, ia telah meniggalkan pekerjaan
lamanya. Dan akhirnya Rara dapat mewujudkan mimpinya, yaitu “memiliki
jendela”. Rara akhirnya tinggal bertiga bersama si Mbok dan juge Bude
Asih.
Rara
a) Berpendirian teguh “Rara pengen punya jendela!” (Hlm.14)
b) Penurut Rara mengangguk. Tidak berani melawan perintah bapak (Hlm.38)
c) Rajin menabung Malamnya sebelum tidur, Rara mulai menghitung biaya yang menurutnya diperlukan untuk membeli jendela (Hlm.40)
Ibu
a) Taat beribadah Selalu mengingatkan Rara untuk sholat dan berdoa “Berdoa,Ra…mengaji.Minta sama Allah.”(Hlm.2)
b) Cerdas Ah, Ibunya memang cerdas (Hlm.8)
c) Penyayang Yang Ia tahu, Bapak dan Ibu meski terlihat selalu mengerjakan sesuatu, cukup sayang kepadanya. (Hlm 10)
Bapak
a) Perhatian Bapak memandangnya sayang (Hlm.7)
b) Tidak mempercayai hal ghaib : "Hantu itu nggak ada Ra!” Komentar Bapak. (Hlm.7)
c) Penyayang : Yang ia tahu, Bapak dan Ibu meski terlihat selalu mengerjakan sesuatu, cukup sayang kepadanya. (Hlm.10)
d) Pekerja keras : Setiap hari pagi-pagi sekali Bapak sudah mendorong grobaknya untuk pergi memulung. (Hlm.12)
Rafi (teman Rara)
a) Gagap Rafi memang gagap dan teman-temannya…… (Hlm.11)
Akbar (teman Rara)
a) Jail : Celetukan Akbar menimbukan tawa anak-anak. (Hlm.28)
Aldo
a)Baik Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua (Hlm. 81)
Nenek Aldo
a) Perhatian "Ra.. kita pulang yuk" Lembut suara nenek membujuk (Hlm.114)
A. Waktu
-Pagi Hari Setap hari pagi-pagi sekali Bapak.. (Hlm.12)
-Siang Hari "Sudah shalat Zuhur?" (Hlm. 15)
-Sore Hari Esok sore kaki-kakinya berlari riang...(Hlm. 34)
-Malam Hari Malam itu Rara berdoa agar awan-awan mendung menumpahkan hujan sederas-derasnya. (Hlm. 33)
B. Tempat
-Rumah Sakit Rara memandang berkas sinar matahari yang masuk melaluli jendela ruangan rawat inap ini, (Hlm. 50) , Rara sudah mulai terbiasa dengan suasana rumah sakit.(Hlm. 64)
-Rumah Aldo Aldo dan rumahnya yang besar. Jendela-jendela yang membuat Rara ternganga (Hlm. 52)
-Rumah Rara perkampungan Menteng Pulo (Hlm. 70)
- Tumpukan sampah : Di lahan sampah itu Rara, Rafi, Akbar dan lain lain berkejar-kejaran tak ingat waktu. (Hlm. 17)
-Kamar mandi umum : Kamar mandi umum tidak jauh dari rumahnya. (Hlm. 16)
- Kuburan : Kuburan-kuburan besar itu begitu menyatu dengan mereka. (Hlm. 17)
-Rumah makan padang : …..suka mengintip dari balik kaca salah satu rumah makan padang (Hlm. 27)
-Mal ( Pesta Andini) Setengah jam kemudian mobil mewah Aldo berhenti di sebuah mal besar. (Hlm. 82)
-Trotoar Di satu ruas jalan di pinggiran Jakarta (Hlm. 155)
C. Suasana
-Haru Bisikan itu menimbulkan keharuan bagi siapa saja yang mendengar. (Hlm. 110)
-kesal dan marah Rara kesal dan marah rasanya. (Hlm. 110)
Orang ketiga serba tahu. Karena pengarang menyebut tokohnya dengan nama
si tokoh, tidak menggunakan kata ganti aku, dia dll. Contoh saja pada
halaman pertama novel ini “Sepasang mata milik seorang gadis kecil
tampak khusyuk mengamati sekeliling ruangan putih bersih itu.” Dalam
kutipan ini penulis mensceritakan seorang tokoh dengan sebutan "seorang
gadis kecil" dan penulis juga menggambarkan tokoh itu sedetail mungkin
dan bukan menceritakan tentang dirinya atau pun temannya.Oleh karena
itulah novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
-Personifikasi : Kekhawatirannya perlahan menguap (Hlm. 66)
-Hiperbola : Belum pernah Rara merasa hatinya terlepas. (Hlm. 96)
-Hiperbola : Peristiwa yang menggoreskan kesedihan abadi (Hlm. 102)
Jadi novel ini mengajarkan kita bagaimana cara bersahabat, bagaimana
cara menemukan cinta dan juga bagaimana cara kita berprilaku baik
terhadap orang yang ada di sekitar kita. Novel ini juga mengajarkan kita
bagaimana cara kita menghadapi mimpi-mimpi kita yang sangat ingin kita
capai dan dikabulkan, padahal setiap hari kita telah berusaha dan
berdoa. Jadi kita harus sabar dan terus berusaha demi mencapai
mimpi-mimpi kita, dan jangan lah bosan-bosannya untuk berdoa. Apabila
doa kita tidak langsung dikabulkan, mungkin karena masih ada doa yang
lebih penting dari doa kita dan mungkin saja tuhan memiliki jalan
terbaik untuk kita. Jadi intinya novel ini mengajarkan kita untuk terus
bersyukur dan berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar